Kehidupan Kami. Kerentanan dan Ketahanan Korban Perdagangan Orang (Trafficking) di Indonesia

Rebecca Surtees

Ketika para korban perdagangan orang melarikan diri atau lolos dari situasi eksploitasi mereka, seringkali hal ini hanya merupakan awal dari sebuah proses pemulihan dan reintegrasi yang kompleks dan berat. Korban perdagangan orang harus pulih dari dampak yang sangat serius dan melemahkan dari eksploitasi perdagangan orang. Mereka sering memiliki berbagai kebutuhan bantuan jangka pendek dan jangka panjang, yang secara langsung berhubungan dan disebabkan oleh pengalaman trafficking mereka, termasuk isu- isu yang berkaitan dengan tempat tinggal dan akomodasi, kesehatan fisik dan mental, situasi ekonomi, pendidikan dan pelatihan, keselamatan dan keamanan, status hukum, isu-isu hukum dan kebutuhan-kebutuhan dalam keluarga. Selain itu, perdagangan orang sebagian besar merupakan akibat dari ketimpangan struktural yang lebih luas dan kerentanan individu. Ini berarti bahwa korban perdagangan orang juga harus menemukan dan mengatasi berbagai kerentanan (underlying dan pre-existing vulnerabilities) yang menyebabkan terjadinya perdagangan orang dan yang berpotensi merusak reintegrasi mereka. Kerentanan dan ketahanan juga dipengaruhi oleh faktor eksternal seperti kondisi keluarga dan masyarakat tempat korban perdagangan orang sedang berupaya bereintegrasi, dimana hal tersebut dapat berubah-ubah dari waktu ke waktu.

Korban perdagangan orang, melalui penelitian ini, telah berbagi informasi pribadi yang sangat dalam dan kadang-kadang sangat sulit dan sensitif dengan harapan bahwa hal ini dapat memperbaiki situasi dan lebih membantu bagi diri mereka dan bagi korban perdagangan orang lainnya. Seperti yang dijelaskan seorang laki-laki yang pernah menjadi korban perdagangan orang, “Setelah semua yang saya alami, saya pengen penderitaan saya ada yang mendengarkan. Mudah-mudahan ada yang bisa membantu di masa depan”. Korban lain mengatakan, “Tanpa ada pengalaman yang riil [dari korban] pemerintah juga engga bisa melakukan apa apa [untuk membantu], makanya dengan cara ini saya berfikirnya begitu, barangkali ini [informasi ini] bisa dijadikan pelajaran untuk yang lain, kan banyak manfaatnya”.

Diharapkan dengan belajar dari korban perdagangan orang dan menjelajahi kompleksitas kehidupan mereka – sebelum, selama dan setelah perdagangan orang – kita akan memiliki perangkat yang diperlukan untuk mendukung pemulihan dan reintegrasi yang lebih baik setelah terjadinya perdagangan orang. Tulisan ini bertujuan untuk memberikan kontribusi terhadap adanya pemahaman yang lebih baik mengenai kerentanan dan ketahanan korban perdagangan orang, yang, pada gilirannya, dapat diterjemahkan ke dalam perbaikan program dan kebijakan mengenai reintegrasi korban perdagangan orang.

Tulisan ini membahas apa yang diidentifikasikan korban perdagangan orang sebagai kerentanan dan ketahanan di berbagai tahap kehidupan mereka (sebelum perdagangan orang, sebagai akibat dari perdagangan orang dan selama pemulihan dan reintegrasi) dan dalam hubungannya dengan keluarga dan lingkungan masyarakat. Tulisan ini juga mengeksplorasi berbagai kebutuhan korban selama reintegrasi dan membuat rekomendasi mengenai bagaimana agar berbagai kebutuhan tersebut betul betul dapat terpenuhi.

Tulisan ini merupakan bagian dari serangkaian penelitian yang dihasilkan dalam konteks proyek penelitian longitudinal NEXUS Institute, Melindungi yang tidak terbantu dan kurang terlayani.Penelitian Berdasarkan Bukti (fakta) tentang Bantuan dan Reintegrasi, Indonesia, yang bertujuan untuk memperkuat bukti/fakta (evidence base) tentang reintegrasi yang berhasil dari korban trafficking di Indonesia. Ini adalah salah satu tulisan yang didanai secara hibah oleh United States Department of State Office to Monitor and Combat Trafficking in Persons/Kantor Negara untuk Memerangi dan Memonitor Perdagangan Orang, Departemen Luar Negeri Amerika Serikat (J/TIP).

 

Untuk membaca lebih lanjut, silakan klik di sini.

To read more, please click here.